Rabu, 16 Februari 2011

RAHASIA SUKSES MENGHADAPI WAWANCARA KERJA

Tak akan ada wawancara kerja yang berlangsung mulus tanpa cela. Kekurangan akan selalu tetap ada. Namun persiapan matang akan mengubah kegugupan Anda saat wawancara, menjadi kesuksesan. Beberapa kiat berikut ini bisa membantu Anda.



Persiapan penampilan
Kepercayaan diri adalah hal terpenting dalam melakukan wawancara kerja. Penampilan adalah salah satu hal yang dapat meningkatkan percaya diri. Untuk itu tak ada salahnya untuk mempersiapkan penampilan Anda secara serius.

Yang pertama harus Anda lakukan adalah mengenal kultur dari perusahaan. Bagaimana cara berpakaian di sana. Apakah formal, atau santai? Perlu diingat, sesantai apapun kultur berbusana yang berlaku di perusahaan itu, bukan berarti Anda juga boleh mengenakan pakaian santai saat wawancara. Hal ini bisa menjadi nilai keseriusan Anda. Jika tak ingin tampil terlalu formal, lebih baik pilihlah jeans berwarna gelap yang dipadukan dengan kemeja dan blazer pendek. Jangan pernah memakai sandal jepit. Tetaplah berlaku profesional.

"Intinya, pelajari dulu kultur perusahaan tempat kita akan wawancara. cari tahu apa yang biasa dikenakan di sana. lalu pakailah pakaian jenis itu, namun dengan sentuhan pribadi yang menarik dan kreatif," ujar desainer Musa Widyatmodjo Yahoo! Style Factor.

Musa juga memberi saran dalam pemilihan warna busana saat wawancara. Menurutnya, "Hindari warna hitam. Saya jamin, hampir semua orang yang diwawancara memilih warna hitam. Berlakulah lebih cerdas sehingga memberikan kesan lebih mendalam. Misalnya memilih warna cokelat, biru, merah dan sebagainya," ujarnya.

Setelah selesai memilih busana, kini saatnya Anda mempersiapkan diri. Tak perlu menata rambut secara heboh dengan sasakan tinggi dan sanggul. Bisa-bisa Anda justru telihat seperti akan datang ke pesta. Cukup cuci bersih rambut Anda dan keringkan secara alami. Kebersihan rambut juga melupakan nilai tambah untuk penampilan.

Untuk make up, pilihlah yang natural dan jangan berlebihan. Bedak tipis, blush on berwarna natural, maskara serta lip balm cukup membuat Anda tampil segar saat wawancara.

Mengenal perusahaan
Sehari sebelum wawancara dilakukan, lakukanlah sedikit 'penelitian' mengenai perusahaan tempat Anda melamar. Hal ini akan membuat Anda mengenal perusahaan tersebut lebih dalam. Hal ini akan membuat si pewawancara terkesan. Selain itu, ini juga dapat dijadikan sebagai tanda bahwa Anda memang tertarik untuk berkarir di perusahaan tersebut.

Melakukan simulasi
Tak ada salahnya untuk meminta sahabat atau kerabat untuk berpura-pura menjadi pewawancara Anda. Minta mereka untuk menanyakan hal-hal yang mungkin menjadi soal saat interview. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi pertanyaan-pertanyaan yang tidak terduga saat wawancara nanti.

Jangan terlambat
Jangan pernah terlambat datang saat wawancara kerja. Perasaan panik menjelang wawancara akan membuat kepercayaan diri Anda terganggu. Wawancara kerja pun berjalan tidak lancar. Minimal datanglah setengah jam sebelum waktu wawancara. Dengan datang lebih dulu, Anda juga memiliki kesempatan untuk merapikan penampilan, menenangkan diri serta beradaptasi dengan tempat wawancara.

Bahasa tubuh, senyuman dan kontak mata
Saat wawancara berlangsung, jangan lupakan bahasa tubuh Anda. Tunjukkan bahwa Anda benar-benar tertarik dengan pekerjaan yang ditawarkan. Tegakkan tubuh, kontak mata saat berbicara dan jangan lupa untuk tersenyum, agar ketegangan Anda berkurang. Tapi jangan lakukan dengan berlebihan, karena hanya akan membuat Anda terlihat aneh.

Tunjukkan pula bahwa Anda adalah orang dengan kepribadian yang hangat dan menyenangkan. Caranya mudah, cukup sambut jabatan tangan si pewawancara dengan tegas namun hangat. Hal itu juga menunjukkan bahwa Anda adalah orang yang percaya diri.

Jujur
Jawablah semua pertanyaan dengan jujur. Wawancara memang ajang untuk menunjukkan nilai lebih Anda. Namun tak perlu juga berbohong dan berlebihan. Hal ini justru akan membuat jebakan bagi diri sendiri.


kompas.com

Kamis, 13 Januari 2011

10 Perilaku Anda yang Dinilai Atasan

KOMPAS.com - Perilaku Anda, sebagai karyawan, di tempat kerja ataupun di luar pekerjaan, memberikan kesan khusus di mata atasan. Wajar saja jika Anda canggung saat tak sengaja bertegur sapa di lift. Kemudian, muncul pertanyaan, apa ya yang dipikirkan atasan tentang Anda, mengenai cara berpakaian, kinerja, dan lain sebagainya. Kenali perilaku apa saja yang bisa menjadi sumber penilaian atasan. Yang dinilai tak harus sikap Anda yang kasat mata di kantor. Anda juga perlu berhati-hati berbicara di area publik yang terkesan personal seperti status Facebook di akun Anda.

1. Perilaku di luar kantor menentukan siapa Anda
Atasan Anda memang tak selalu memerhatikan setiap gelagat. Namun dia juga menilai apa yang Anda lakukan, yang tersirat dalam berbagai hal. Salah satunya ucapan, kata-kata yang Anda utarakan melalui media sosial. Meski aktivitas luar kantor bukan lagi terkait pekerjaan, namun imej dan reputasi Anda sebagai individu juga dipertaruhkan.

"Setiap kali akan mem-posting sesuatu di Facebook atau media jejaring sosial lainnya, sebaiknya tanyakan kembali kepada diri sendiri, apakah Anda ingin hal seperti itu dibaca atasan atau rekan kerja Anda," saran Edith Onderick-Harvey, presiden firma konsultan korporasi, Factor In Talent, Massachusetts.

Onderick-Harvey juga mengingatkan, sebaiknya Anda berhati-hati menuangkan isi pikiran, apalagi yang terkait pekerjaan, dalam situs jejaring sosial. Jika tidak, bersiaplah atasan Anda melihat dan menilai Anda sebagai karyawan yang tidak profesional, melihat komentar Anda di Facebook yang menjelekkan rekan kerja misalnya.

2. Perilaku Anda sama pentingnya dengan pekerjaan
Politik kantor, suka atau tidak, tetap berjalan setiap harinya dan sepanjang karier Anda. Kemampuan Anda untuk bekerjasama dengan rekan kerja dan atasan memengaruhi bagaimana keberlangsungan karier Anda, termasuk juga perilaku yang muncul saat menjalin kerjasama tersebut. Meski Anda telah menyelesaikan pekerjaan sesuai tugas dan target, namun jika perilaku Anda tak menyenangkan, apalagi kasar, ini akan menjadi catatan buruk. Karier Anda akan sulit berkembang, bahkan atasan juga takkan mempromosikan Anda jika tak bisa bekerjasama dengan baik dan positif.

3. Sikap aktif
Jangan takut untuk bersuara dan menunjukkan siapa Anda. Patty Briguglio, presiden MMI Public Relations, Raleigh, Carolina Utara mengatakan, karyawan yang punya nilai adalah yang berani mengambil inisiatif.

"Saya suka memiliki karyawan yang tidak takut menunjukkan kepribadiannya. Bukan seseorang yang sekedar mengisi posisi kosong saja di kantor. Jika ingin dipromosikan, Anda harus mengusahakannya," jelas Briguglio.

Sikap aktif seperti ini juga termasuk keberanian Anda mengungkapkan apa yang dibutuhkan karyawan, seperti training, waktu bekerja, termasuk juga uang, kata konsultan Steve Langerud, di DePauw University.

4. Cara berkomunikasi
Jangan pernah ragu bertanya mengenai bagaimana cara atasan Anda berkomunikasi, apakah lebih senang melalui tatap muka, surat elektronik atau ponsel, saran konsultan karier dan eksekutif Lauren Mackler. Tanyakan juga kepada atasan Anda mengenai cara kerja yang diinginkannya. Apakah atasan lebih nyaman jika pekerjaan selalu dikonsultasikan dengannya, atau justru membebaskan Anda. Semua pertanyaan ini menghindarkan Anda dari perilaku yang tak disenangi, yang muncul karena Anda tidak tahu dan tidak mencari tahu.

"Jika atasan Anda orang yang introvert, jangan memaksanya untuk selalu berkomunikasi langsung dengan Anda," jelas Mackler.

5. Cara menilai kinerja
Jangan menunggu atasan yang menilai kinerja dan etiket Anda dalam bekerja. Anda juga perlu memberitahukannya, namun dengan cara yang positif dan berlebihan. Jika Anda berhasil menyelesaikan sebuah pekerjaan, kirimkan sur-el ucapan selamat atau terima kasih kepada tim kerja dan lampirkan ke akun sur-el atasan Anda," saran Mackler.

Kirimkan juga kepada atasan Anda laporan bulanan tentang ulasan pekerjaan yang Anda pegang dan sudah terselesaikan, ataupun prestasi lainnya. Miliki catatan kinerja Anda setiap bulannya, untuk menjadi dokumen pribadi. Anda bisa menilai kinerja Anda sendiri, dan memperlihatkannya kepada atasan dengan cara yang positif.

6. Cara membantu atasan
Atasan hingga level CEO pun tak terlalu menyukai aktivitas yang satu ini, mengulas performa karyawannya dalam kurun waktu tertentu. Namun Anda bisa membantunya menyiapkan catatan pribadi tentang performa kinerja Anda. Ini akan memudahkan atasan mengulas kembali kinerja Anda beberapa bulan ke belakang. Untuk menilai performa kerja, Anda juga bisa mengulasnya bersama atasan setiap satu tahun sekali.

7. Cara berpakaian
"Berpakaianlah yang membuat Anda selalu siap jika presiden direktur meminta Anda menghadiri rapat besar," saran konsultan dan pembicara Set Free Life Seminars, Sue Thompson.

8. Cara memberikan feedback
Tugas untuk menyemangati atau membangun hubungan kerja yang positif bukan hanya milik pimpinan, kata Stefanie Smith, pimpinan firma coaching Stratex. Sebagai bawahan Anda juga bisa memberikan feedback positif, salah satunya dengan membangun sikap positif di kantor. Termasuk menciptakan suasana positif yang membuat atasan merasa senang dan terlihat senang. Memuji atasan di depan publik bisa menjadi contoh lainnya, kata Smith, namun pastikan kata-kata yang Anda pilih bernilai positif, jelas dan tak berlebihan.

9. Cara menyelesaikan masalah
Jadilah bawahan yang mahir menyelesaikan masalah. Meski kebanyakan karyawan membawa masalah dan berharap atasan menyelesaikannya, keluh Jennifer Prosek, CEO firma konsulting CJP Communications.

Sebagai contoh, jika dalam menyelesaikan sebuah proyek Anda menghadapi masalah, maka siapkan tiga opsi penyelesaian. Lalu sampaikan kepada atasan. Meski nantinya atasan Anda menginstruksikan langkah yang berbeda dari yang Anda ajukan, setidaknya cara ini menunjukkan Anda mau berpikir. Atasan akan menghargai usaha Anda tersebut, kata Prosek.

10. Sikap tanggungjawab
Jangan pernah menyalahkan keadaan atau orang lain jika Anda melakukan kesalahan. Sikap tak bertanggungjawab seperti ini akan menjadi penilaian penting bagi atasan. Lebih baik, akui kesalahan Anda tanpa perlu mencari kambing hitam.

"Meski karyawan memiliki kemampuan yang baik, saya tetap tak bisa mempromosikannya jika dia sering menyalahkan orang atau pihak lain ketika melakukan kesalahan," kata Deborah Becker, pemilik agen asuransi di Eau Claire, Wisconsin.

Tandanya Anda bertanggungjawab, katanya, adalah salah satunya mengakui kesalahan dengan mengatakan "Saya minta maaf, ini takkan terjadi lagi, saya janji."

Jumat, 27 Agustus 2010

PAMER KUASA

By: Eileen Rachman & Sylvina Savitri

Kita tentu bersungut-sungut saat ada pejabat atau individu yang memanfaatkan ajudan-ajudannya untuk menerobos kemacetan, menutupi jalur jalan umum, meminta dispensasi atau menyelak proses. Seketika terasa kita seolah-olah tidak punya hak yang sama untuk menggunakan fasilitas publik yang tersedia, harus mengalah dari orang yang punya “kuasa”. Ini mungkin salah satu sebab orang berlomba-lomba mengejar kekuasaan, karena seakan-akan individu jadi punya “kesaktian” lebih untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Terkadang kita sendiri pun mencatut atau memakai nama atasan untuk bisa mendapatkan informasi atau dukungan dari orang lain, bukan. Apakah benar yang kita amati bahwa begitu orang merasa kuat, ada kecenderungan dia “menginjak” kaki orang lain?

Saya pernah punya pengalaman berkesan, saat suatu maskapai penerbangan membatalkan jadual penerbangan. Penumpang yang ada pun kemudian berebut mendapatkan tempat di penerbangan maskapai lain. Semua orang punya kepentingan, semua orang berjuang untuk mendapatkan tempat yang terbatas. Tiba-tiba terdengar suara keras:”Anda tahu saya ini siapa?” Semua orang pun menoleh mencari sumber suara tersebut, sambil memasang muka bertanya-tanya, mengekspresikan ketidaktahuan. Ada seseorang di belakang, berbisik:”Mungkin saja dia nge-top di TV atau di kantornya, tapi di bandara tetap tidak nge-top”. Dalam situasi itu, petugas tiba-tiba menyodorkan“boarding pass” kepada seorang ibu yang membawa bayi dan neneknya. “Ini sudah prosedur kami, Pak” ujar petugas tersebut menjawab komplain penguasa yang ingin didahulukan. Pada situasi seperti ini, petugas maskapai-lah yang paling “berkuasa”. Ternyata dalam beberapa situasi, dengan uang sebanyak apa pun atau pangkat sebesar apa pun, individu tidak selalu mampu berbuat apa-apa. Pangkat, jabatan dan wewenang memang salah satu sumber power bagi individu. Namun, kita bisa menilai sendiri, apakah pemanfaatan “power” yang berasal dari otoritas dan legitimasi ini bisa efektif setiap waktu? Bagaimana bila “power” itu dicopot dan terlepas dari individu? Bagaimana nasib tim yang dipimpin oleh “tangan besi” ini sesudah si penguasa pergi?

Mengundang kemurahan hati

Seorang atasan memang memungkinkan dirinya untuk “memaksa” bawahannya melakukan suatu, misalnya lembur untuk menyelesaikan pekerjaan. Meskipun si bawahan bisa saja tetap terlihat melakukan tugasnya, namun kita tidak tahu apakah ia menjalankan dengan keterlibatan 100%, 70% atau hanya di bibir saja. Banyak sekali orang berduit yang juga merasa bisa “membeli kepala” orang lain, baik itu pegawai, vendor ataupun pemberi jasa. Dalam situasi ini pun kita bertanya-tanya, apakah dengan keadaan “setengah terpaksa”, individu akan memberikan servis sepenuh hati pada orang-orang yang ‘berkuasa’ ini? Kenyataannya, di dunia ini setiap individu punya pilihan. Pelanggan bisa lari ke toko sebelah, vendor bisa mengundurkan diri, karyawan bisa ‘resign’ sesuai kemauannya, teman karib bisa ingkar, dan anggota tim pun bisa memisahkan diri.

Jim Collins, seorang guru manajemen, dalam bukunya: ”Good to Great”, mengungkapkan karakter model kepemimpinan baru yang ia sebut dengan “The Fifth-level leadership”. Ia mengungkapkan pada level tertinggi ini kepemimpinan didominasi oleh kerendahan hati dan kemauan keras. “...The CEOs of these remarkable companies were not aggressive, not self promoting and not self congratulatory. This relatively unique class of leader possesses the ability to “build enduring greatness through a paradoxical combination of personal humility plus professional will”. Pemimpin tidak menggunakan kekuasaan secara otoriter, namun mengajak dan meminta dukungan partisipatif dari anggota tim. Kita bisa menyaksikan dalam berbagai situasi sulit, banyak individu, anggota kelompok, yang dengan rela mengorbankan waktu dan spiritnya demi tercapainya tujuan dengan penuh kerelaan hati, tanpa tekanan. “Saya lembur karena kita memang harus mengejar deadline. Bukan semata karena disuruh atasan. Keluarga memang dikorbankan, tetapi ini tidak terjadi setiap hari, kok.” Demikian ungkap seorang karyawan. Bukankan situasi kepemimpinan seperti ini lebih indah dan menyenangkan, daripada situasi penuh penekanan?.

Apapun ‘posisi’ kita, sekali pun kita berada dalam situasi ‘memberi nafkah’, kita bisa belajar untuk mengundang kemurahan hati orang lain. Kita sebenarnya bisa mengganti ‘mindset’ dengan berpikir bahwa kita sedang dikelilingi oleh para ‘volunteer’. Kita bisa berlatih untuk lebih banyak membuat ‘request’ daripada memerintah. Kita perlu meyakini bahwa membangun hubungan penuh rasa percaya lebih “powerful” daripada membuat hirarki dan struktur politik. Secara otomatis, kerendahan hati justru menciptakan power dalam bentuk lain.

“Power” bisa mengembangkan jiwa

Tak jarang kita mendengar sikap pesimistis dan ungkapan tidak berdaya, misalnya: “kita belum merespon penawaran Anda karena atasan belum membacanya”, atau “Kalau formulir tidak lengkap, kita tidak bisa proses.” Dengan pemahaman bahwa kuasa tidak selamanya identik dengan otoritas dan tekanan, kita sebetulnya akan bisa mengembangkan power-power baru dan menghindari sikap “helplessness”. Power modern bisa kita tumbuhkan dari kekuatan menjangkau informasi, kekuatan interpersonal serta kekuatan men’deliver’ jasa dan produk yang berkualitas. Bukankah kita percaya bahwa hubungan baik dan trust dari rekan kerja, bawahan, klien akan menumbuhkan spirit tim yang tidak terharga nilainya dan begitu besar kekuatannya. Ini semua tentu saja akan membuat kita bisa menumbuhkan rasa aman, kepercayaan diri sekaligus memperkaya jiwa.

(Dimuat di KOMPAS, 14 Agustus 2010)

Jumat, 06 Agustus 2010

5 Alasan Anda Tak Diterima Kerja

KOMPAS.com - Sesi wawancara di perusahaan baru memang menjadi momen yang paling mendebarkan. Anda khawatir tak akan bisa memberikan jawaban yang memuaskan. Jadi ketika Anda bahkan bisa bercanda dengan pewawancara, atau meninggalkan kantor tersebut dengan perasaan puas dan percaya diri, Anda merasa yakin pasti akan diterima bekerja. Tetapi ternyata, hari demi hari, minggu demi minggu, Anda tak juga menerima kabar baik tersebut. Kira-kira, apa yang salah dari diri Anda ya?

1. Anda overqualified
Mungkin Anda memang begitu menginginkan pekerjaan tersebut, dan Anda tidak mempersoalkan posisi yang diberikan. Namun tetap saja Anda dianggap overqualified, dan tidak diterima di perusahaan yang Anda inginkan. Pelamar yang memiliki pengalaman kerja dan latar belakang pendidikan yang melebihi kriteria yang ditetapkan oleh pemberi kerja, dikhawatirkan akan menuntut gaji yang lebih tinggi. Kemungkinan perusahaan juga merasa tidak sanggup menawarkan "paket" yang kompetitif dengan perusahaan Anda sekarang. Apalagi di masa sulit seperti sekarang. Sebagian perusahaan lebih suka mempekerjakan karyawan baru yang standar gajinya masih rendah.
2. Anda tidak mengenal "orang dalam"
Hari gini, networking memang lebih memegang peranan. Meskipun CV Anda sangat menonjol, wawancara pun berhasil Anda lalui dengan cemerlang, namun jika pelamar lain adalah putri teman main tenis direktur perusahaan yang Anda lamar, Anda mungkin akan kurang beruntung. Namun ini bukanlah alasan yang tidak bisa Anda hindari. Untuk memperbesar peluang Anda, cobalah memberikan kesan yang positif atau keunikan tertentu dalam diri Anda, sehingga Anda terus diingat oleh pemberi kerja.

3. Anda dianggap kurang profesional
Tidak semua pelamar bisa menciptakan suasana yang hangat di ruang wawancara. Anda mungkin bisa melakukannya, tetapi jika hal itu terjadi karena Anda ternyata teman dugem salah satu teman si pewawancara, Anda mungkin akan diterima sebagai teman saja, bukan sebagai karyawan. Dalam contoh yang lebih sederhana, mungkin Anda bisa menjawab semua pertanyaan wawancara dengan baik, namun tetap kurang cocok untuk posisi yang ditawarkan. Hanya karena obrolan Anda nyambung, tidak berarti Anda akan langsung memenuhi syarat yang diminta.

4. Anda membawa syarat-syarat sendiri
Latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja Anda sudah memenuhi syarat. Anda pun tangkas menjawab semua pertanyaan pewawancara. Sayangnya, saat diberitahu mengenai kondisi pekerjaan atau bagaimana nanti Anda harus bekerja, Anda membeberkan sejumlah persyaratan. Misalnya, Anda tidak bisa bekerja lewat dari pukul 19.00, karena tempat tinggal Anda jauh dari kantor. Anda sedang berusaha memasuki perusahaan ini, jadi tunjukkan kesediaan Anda untuk berkompromi. Meskipun begitu, jika Anda memang tidak mampu memenuhi keinginan pewawancara, sebaiknya katakan sejak awal.

5. Ada alasan yang tidak dapat ditebak
Nah, ini yang tidak akan pernah Anda ketahui. Pada perusahaan-perusahaan di bidang kreatif, misalnya, seringkali karakter pribadi sangat menentukan. Sebab, Anda akan sering bekerja lembur sehingga Anda harus mampu bekerja sama dengan orang lain dalam waktu yang lama. Bisa saja Anda memberikan jawaban yang membuat pewawancara mengetahui sifat-sifat Anda. Kemungkinan lain, Anda mengatakan sesuatu yang sebenarnya tak perlu Anda sampaikan, dan malah membuka celah bagi sang pewawancara untuk mengetahui sisi negatif Anda.

Yang perlu Anda ingat, jujurlah dengan diri Anda saat sesi wawancara. Tak usah berharap bahwa Anda bisa mengecoh mereka. Jika pewawancara menelepon Anda untuk mengabarkan bahwa Anda tidak diterima, Anda boleh menanyakan apa alasannya. Bersikaplah profesional, dan jangan lupa berterima kasih karena mereka membantu memahami apa kesalahan atau kelemahan Anda.

Jumat, 23 Juli 2010

PERUBAHAN PARADIGMA DALAM PENGEMBANGAN KARIER


Karier merupakan sesuatu yang amat penting dalam kehidupan pribadi maupun
sosial seseorang. Dalam konsultasi karier di Kompas banyak pertanyaan berkisar
pada pengembangan karier, baik dari kalangan non manajer maupun manajer.

Misalnya: Saya sekarang sudah bekerja di suatu jabatan selama 5 tahun. Kapan
waktu yang tepat untuk pindah jabatan atau naik jabatan? Bagaimana
meningkatkan karier dalam situasi bisnis yang tidak menentu? "Organisasi
tempat saya bekerja tidak memungkinkan saya untuk naik pangkat, apakah yang
harus saya lakukan dalam pengembangan karier saya?

Tulisan ini membahas mengenai perubahan yang terjadi dalam pola karier
seseorang dan bagaimana strategi kita agar pengembangan karier kita dapat
terjamin.

Pengembangan karier tradisional

Dalam pandangan tradisional, pengembangan karier merupakan tanggung jawab
suatu organisasi yang menyiapkan karyawan dengan kualifikasi dan pengalaman
tertentu, agar pada waktu dibutuhkan organisasi sudah memiliki karyawan dengan
kualifikasi tertentu. Sifatnya paternalistik, dari atas kebawah dan
tersentralisasi.

Jadi yang dilakukan karyawan adalah bekerja sebaik mungkin, mengikuti semua
pelatihan yang diberikan, menunggu kesempatan kenaikan jabatan dan biasanya
menurut saja menduduki jabatan yang ditawarkan oleh perusahaan.

Pengembangan karier tradisional pada umumnya berupa kenaikan karier secara
vertikal dari satu jenjang pekerjaan tertentu ke jenjang berikutnya. Jadi
seseorang diharapkan mendalami suatu bidang pekerjaan tertentu kemudian
menduduki jabatan manajerial.

Pengembangan karier yang sifatnya vertikal dimungkinkan karena bentuk
organisasi yang sifatnya hirarkis/birokratis. Pengembangan karier tradisional
kurang memberikan kesempatan kepada seseorang yang memiliki kompetensi
teknikal yang tinggi namun tidak memiliki kemampuan manajerial., karena tidak
tersedia jalur spesialis.

Namun beberapa perusahaan besar yang mempunyai sistem pelatihan dan
pengembangan yang terintegrasi memberikan kesempatan kepada para karyawannya
untuk pindah jalur profesi atau memberikan kesempatan kepada karyawannya
menjadi generalis.

Tantangan Lingkungan Bisnis

Tantangan eksternal seperti globalisasi, persaingan, kemajuan teknologi,
tuntutan pelanggan, mendorong suatu organisasi untuk berubah. Situasi ekonomi
serta persaingan yang tajam mendorong organisasi melakukan restrukturisasi,
perampingan organisasi, desentralisasi, merger, pemanfaatan IT dsb.

Struktur organisasi yang bersifat hirarkis dianggap terlalu lamban untuk
memberikan nilai tambah kepada pelanggan. Organisasi dalam situasi yang sangat
dinamis harus mampu bergerak secara cepat dan luwes.

Struktur organisasi yang lebih datar/ horisontal dianggap lebih tepat untuk
keadaan sekarang karena jarak antara konsumen dengan pengambil keputusan lebih
dekat.

Bahkan struktur organisasi yang bersifat network dimana suatu organisasi hanya
memiliki pusat yang kecil dan fungsi fungsi organisasi dilaksanakan secara
outsourcing., dianggap sebagai struktur yang cocok untuk situasi ini.
Tantangan lingkungan bisnis ini membuat rasa aman karyawan menjadi hilang.

Tempat seseorang dalam suatu organisasi tiba-tiba bisa hilang. Hal ini dapat
menimbulkan masalah besar dalam kehidupan seseorang.

Seseorang tidak dapat lagi menggantungkan hidupnya pada organisasi. Tanggung
jawab pengembangan karier seseorang didorong menjadi tanggung jawab individu.

Seseorang harus mencari nilai tambah bagi dirinya sendiri sehingga lebih luwes
dalam mencari pekerjaan termasuk menciptakan pekerjaan bagi dirinya sendiri
(entrepreneurship). Job security yang hilang harus digantikan menjadi career
security.

Paradigma Baru Pengembangan Karier

Sejalan dengan perubahan struktur organisasi maka pengembangan karier yang
bersifat tradisional dianggap tidak cukup luwes untuk memunuhi kebutuhan
organisasi dan karyawan pada saat ini.

Tantangan dunia bisnis menuntut pola kerja yang sifatnya lintas fungsi dan tim
kerja. Seseorang yang bekerja di bidang pemasaran harus memiliki pengetahuan
keuangan, sumber daya manusia, produksi atau operasi. Seseorang dapat pula
mengembangkan karier ke bidang spesialis dan profesional tanpa harus melalui
bidang manajerial.

Pada beberapa perusahaan imbalan yang diterima oleh seorang profesional dapat
melebihi imbalan dari seorang manajer. Pilihan penting lain adalah menciptakan
lapangan kerja untuk anda sendiri dan orang lain.

Nah orang-orang yang berani mangambil risiko, peka terhadap tantangan bisnis
dapat memilih alternatif ini. Jadi arah pengembangan karier pada saat ini
lebih variatif, bisa vertikal, horisontal, dapat juga horisontal dulu kemudian
vertikal. Agar anda memiliki career security lebih aktiflah meningkatkan
ketrampilan dan kompetensi, sehingga anda benar-benar menjadi sangat ahli atau
memiliki keahlian yang bersifat multiskill.

Kiat-Kiat Memperoleh Career Security :

· Tetapkan sasaran karier anda, teknikal, manajerial, profesional, fungsional
atau menjadi wirausaha.
· Carilah seorang mentor yang mengetahui kekuatan dan kelemahan anda.
· Jangan membatasi karier anda hanya dalam satu bidang saja, karena akan
mengurangi fleksibilitas ruang gerak anda.
· Berpartisipasi dalam setiap kesempatan pelatihan dan pengembangan di
organisasi anda, meskipun anda tidak yakin manfaatnya untuk saat ini.
· Pendidikan S2 antara lain di bidang bisnis dapat memberikan lebih banyak
pilihan dalam meningkatkan karier, termasuk pilihan menjadi entrepreneur.
· Berkontribusilah jika anda dipilih menjadi anggota suatu proyek kerja,
karena akan memperluas kompetensi lintas fungsi dan meningkatkan kerja
kelompok.
· Tingkatkan jejaring kerja anda baik didalam maupun diluar organisasi tempat
anda bekerja.
· Tingkatkan ketrampilan hubungan antar manusia anda seperti komunikasi,
kepemimpinan, motivasi, negosiasi dsb.
· Perbarui ketrampilan teknikal anda termasuk pengetahuan dalam bidang IT .
· Jangan mudah berpuas diri, selalu mencoba cara kerja yang lebih baik.
· Berpegang teguh pada etika yang berjalan seiring dengan sukses karier anda.

Nah siapkah anda untuk meningkatkan karier sesuai dengan perubahan paradigma
baru organisasi?

Jumat, 16 Juli 2010

CV = KESUKSESAN ANDA

(Jika anda mengelolanya dengan benar)

Curiculum Vitae (CV) anda ibarat cermin bagi perekrut di perusahaan yang anda
lamar. Dengan membacanya, seorang rekruiter akan segera bisa membayangkan
seperti apa anda, bahkan sebelum mereka melihat anda. Profesionalkah, lamban
atau tukang mengeluh?. Karenanya,berhati-hatilah dalam membuat Curiculum Vitae
(CV) atau daftar riwayat hidup anda.Kalau salah memasukkan informasi, bukan
tak mungkin kesempatan anda melayang.

1. Wajah CV.

Siapa yang tidak menyukai wajah cantik atau penampilan menarik? perumpamaan
itupun berlaku ketika anda membuat CV. Sekalipun anda pintar dan profesional,
perekrut tak akan tertarik membaca CV anda jika terlihat tidak menarik.
Karenanya, kertas dan huruf adalah hal yang perlu diperhatikan dengan seksama
untuk memastikan CV anda dibaca sampai selesai.

a. Kertas :

Jangan menggunakan kertas bergaris, berwarna atau yang desainnya meriah.Kesan
yang timbul dengan menggunakan kertas jenis ini adalah : tidak profesional dan
kuno.Sebaiknya gunakan kertas HVS putih polos dan ketik lamaran anda
menggunakan komputer. Jangan pernah mengirimkan fotokopi CV, karena anda
akan dianggap tidak menghargai perusahaan yang anda lamar. Biasakan
mengeprint beberapa set CV anda sekaligus, sehingga anda tak akan kerepotan
ketika tiba-tiba harus mengirim lamaran.

b. Huruf :

Usahakan mengetik CV anda dengan komputer, karena akan lebih terjamin
kerapihannya dibanding kalau anda menggunakan mesin tik manual.Untuk jenis
huruf yang pantas dalam pengetikan CV, gunakan pilihan huruf yang sederhana
tapi jelas terbaca, misalnya : Arial atau Times New Roman. Jangan memilih
huruf yang membuat efek ukiran, karena akan memusingkan orang yang membacanya
dan mengesankan anda seorang amatiran. Gunakan tinta hitam.

2. Isi CV

Untuk 'menjual' diri anda pada perusahaan yang anda lamar, sebaiknya kemukakan
hal-hal yang pantas diketahui. Adalah hal yang mutlak untuk menampakkan
kejujuran dalam CV anda, tetapi bukan berarti anda mengobral diri anda dengan
menuliskan hal-hal yang tidak perlu, misalnya tinggi dan berat badan, kondisi
kesehatan atau jumlah anak.

a. Data diri :

Pada bagian ini jelaskanlah hal-hal yang secara prinsip harus diketahui
perusahaan tempat anda melamar, yaitu: nama lengkap, tempat/tanggal lahir,
alamat dan nomor telephone.

b. Pendidikan:

Pada bagian ini yang perlu disebutkan adalah sertifikat yang berkaitan dengan
pendidikan formal anda, nama lembaga pendidikan tempat anda pernah menimba
ilmu, bidang studi, prestasi, penghargaan atau kursus yang signifikan dengan
pendidikan anda. Kalau anda pernah mendapatkan beasiswa, penghargaan sebagai
pemenang lomba karya tulis atau pernah kursus bahasa asing atau komputer, maka
tuliskanlah dengan singkat dan jelas.

c. Pengalaman Kerja :

Sebutkan dengan singkat dan jelas di perusahaan mana saja anda pernah bekerja.
Jika anda pernah bekerja kurang dari enam bulan di suatu perusahaan, sebaiknya
jangan ditulis kecuali ada hal khusus yang anda yakini baik untuk perkembangan
karir anda.Tuliskan dengan singkat apakah anda pernah mempunyai prestasi di
tempat kerja anda yang lama. Hindari untuk menyebutkan nama bos anda yang lama
atau nomor telephone perusahaan anda yang lama.

d. Aktivitas dan keterampilan khusus:

Point ini sifatnya tidak harus. Jika anda memang mempunyai kegiatan atau
keterampilan yang memang mendukung, tuliskanlah. Misalnya: mengikuti
perkumpulan filateli, sekretaris atau punya keterampilan menulis steno,
manajemen dll.

e. Minat :

Sebutkan dengan singkat minat anda yang anda yakin positif dan signifikan
untuk peningkatan karir anda.

WAWANCARA KERJA


Menjawab dengan cerdas, taktis dan optimis


Meski anda merasa pintar dan brilian, jangan keburu yakin bahwa semua

pintu perusahaan akan terbuka secara otomatis untuk anda. Sebab
kenyataannya, para tuan dan nyonya pintar ini seringkali gagal dalam
wawancara. Alasannya ? tidak smart dan taktis dalam menjawab
pertanyaan.

1. Ceritakan tentang diri anda


Erina Collins, seorang agen rekruitmen di
Los Angeles menyatakan
seringkali ada perbedaan yang mengejutkan antara ketika kita
membaca lamaran seseorang dengan saat berhadapan dengan si pelamar.

"Pengalaman menunjukkan,
surat lamaran yang optimis tidak selalu
menunjukkan bahwa pelamarnya juga sama optimisnya," kata Erina. Ketika
pewawancara menanyakan hal yang sederhana seperti "Di mata anda, siapa
anda?" atau "Ceritakan sesuatu tentang anda", banyak pelamar menatap
pewawancaranya dengan bingung dan lalu seketika menjadi tak percaya
diri.

"Saya merasa biasa-biasa saja" atau "tak banyak yang bisa saya

ceritakan tentang diri saya" seringkali menjadi jawaban yang dipilih
pelamar sebagai upaya merendahkan diri. Selama ini banyak artikel
karir konvensional yang menyarankan agar anda sebaiknya merendahkan
diri sebisa mungkin, sebagai upaya mencuri hati si pewawancara.

"Tapi ini jaman modern. Jawaban yang terlalu merendah dan banyak

basi-basi hanya menunjukkan bahwa anda sebenarnya tidak yakin dengan
diri anda. Dan perusahaan masa kini tidak butuh karyawan seperti
itu," tegas Erina.

Pengalaman Eliana Burthon, staf humas sebuah hotel berbintang di New
York mungkin menarik untuk disimak. Ketika pewawancara memberinya satu
menit untuk bercerita tentang dirinya, Eliana mengatakan "Saya Eliana
Burthon, anak pertama dari lima bersaudara. Sejak SMA, saya aktif di
koran sekolah. Disitu saya menulis, mewawancarai orang-orang di sekitar
saya dan berhubungan dengan mereka.
Dari situ saya sadar alangkah
menariknya bisa bertemu dengan orang banyak, berdiskusi dan mengetahui
banyak hal dari mereka. Diluar itu, saya senang musik, membaca dan
traveling.Ketika kuliah, saya sering menulis pengalaman jalan-jalan
saya, atau sekedar memberi referensi kaset yang sedang laris untuk
koran kampus saya."

Meski tak memberikan jawaban yang berbunga-bunga, apa yang diungkapkan
Eliana tentang dirinya menunjukkan bahwa dirinya terbuka, ramah dan
punya rasa ingin tahu. "Jawaban itu cerdas dan efektif untuk
menggambarkan bagaimana dia menyatakan secara implisit bahwa dirinya
merasa layak ditempatkan di posisi yang diincarnya. Pewawancara butuh
jawaban seperti itu. Cukup singkat, tapi menunjukkan optimisme yang
alamiah," kata Erina Collins.

Kalau anda dipanggil untuk wawancara, sebisanya persiapkan diri dengan
baik. Rasa percaya diri dan menunjukkan bahwa anda menjadi diri sendiri
adalah yang terpenting. Pewawancara tidak butuh jawaban yang berbunga-
bunga, berapi-api apalagi munafik.

Pada kesempatan pertama, mereka biasanya ingin melihat bagaimana si
pelamar menghargai diri sendiri. Sebab itu, buatlah beberapa poin
tentang kemahiran anda, hal-hal yang anda sukai dan inginkan untuk
masa depan anda. Kalau telah menemukan poin -poin itu, berlatihlah
mengemukakan semua itu dalam sebuah jawaban singkat yang cerdas dan
optimis.

2. Hati-hati pertanyaan jebakan

Siapapun idealnya tak suka menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
memojokkan. Tapi begitulah kenyataannya ketika anda diwawancara.
Seringkali banyak hal tak terduga yang dilontarkan si pewawancara
dan membuat anda seringkali kelepasan bicara.

Dalam hal ini, Erina memberi contoh pengalamannya ketika mewawancarai
seorang pelamar tentang mengapa ia memutuskan pindah kerja.

"Ketika itu saya tanya 'apa yang membuat anda memutuskan pindah kerja?
tadi anda bilang, lingkungan kerjanya cukup nyaman kan?' dan pelamar
itu menjawab 'saya tidak suka bos saya. Seringkali ia membuat saya
jengkel dengan pekerjaan-pekerjaan tambahan dan itupun tidak membuat
gaji saya naik.'Saya lalu berpikir, apa yang akan dia katakan jika
suatu saat keluar dari perusahaan saya tentulah tak beda buruknya
dengan apa yang dia ungkapkan pada saya tentang perusahaan lamanya,"
ungkap Erina.

Poinnya, taktislah dalam memberi jawaban. Jangan pernah memberi jawaban
yang menjelekkan tempat kerja anda yang lama atau apapun yang konotasinya
negatif. Lebih baik kalau anda menjawab "saya menginginkan ritme kerja
yang teratur dan terjadwal.

Mengenai gaji, sebenarnya di tempat kerja yang lama tak ada masalah,
tapi tentu saya senang kalau ada peluang untuk peningkatan gaji." Atau
kalau anda ditanya tentang kelemahan anda, lebih baik tidak menjawab
"saya sering telat dan lupa waktu." Tetapi jawablah lebih taktis,
misalnya "kadang saya memang pelupa, tetapi beberapa waktu ini sudah
membaik karena saya selalu mencatat segalanya di buku agenda." atau
"saya sering kesal kalau kerja dengan rekan yang lamban, tetapi
sebisanya kami berdiskusi bagaimana caranya menyelesaikan kerja dengan
lebih cepat."

Dalam wawancara, si pewawancara selalu berupaya mengorek sedapat
mungkin tentang kepribadian pelamar. Kadang pertanyaan sepele seperti
"Sudah punya pacar? Ada niat menikah dalam waktu dekat?" sering
ditanggapi buru-buru oleh si pelamar dengan menjawab misalnya "Sudah,
rencananya kami akan menikah akhir tahun ini." Padahal, menurut Erina,
jawaban itu bisa jadi penutup peluang kerja anda. "Perusahaan selalu
ingin diyakinkan bahwa calon karyawannya hanya akan fokus pada pekerjaan
mereka, terutama pada awal masa kerja.

Jawaban bahwa anda akan menikah dalam waktu dekat justru menunjukkan
bahwa perusahaan bukanlah fokus anda yang sebenarnya, tetapi hanya
seperti selingan," ujar Erina sambil menambahkan bahwa akan lebih baik
kalau anda menjawab "sudah, tapi sebenarnya saya ingin mempunyai
pengalaman kerja yang cukup sebelum memutuskan untuk menikah."

3. Semangat dan bahasa tubuh

Dalam wawancara kerja, penampilan memang bukan nomor satu tetapi
menjadi pendukung yang ikut menentukan. Karena itu selain berpakaian
rapi, tidak seronok, mencolok atau banyak pernik, tunjukkan bahasa tubuh
yang baik. Jangan pernah melipat tangan di dada pada saat wawancara,
karena memberi kesan bahwa anda seorang yang kaku dan defensif. Idealnya,
tangan dibiarkan bebas untuk mengekspresikan kata-kata anda, tentu saja
dengan tidak berlebihan.


Selama wawancara berlangsung, buatlah kontak mata yang intens. Pelamar
yang sering membuat kontak mata menunjukkan keinginan untuk dipercaya
serta kesungguhan memberikan jawaban. Rilekslah dan sesekali tersenyum
untuk menunjukkan bahwa anda pribadi yang hangat.
Umumnya, perusahaan
menyukai pelamar yang menyenangkan. Kurangi kata-kata "saya merasa..."
atau "saya kurang..." dan sebaiknya gunakan "saya pikir...", "menurut
pendapat saya..", "saya yakin...", "saya optimis...". Kata-kata "saya
merasa ..." atau "saya kurang..." mengesankan anda lebih sering menduga,
menggunakan perasaan, tidak terlalu percaya diri dan tidak menguasai
persoalan.

Cara berpakaian yang baik dalam wawancara

Berpakaian yang "baik" dalam wawancara memang tidak dapat
digeneralisasikan karena setiap perusahaan memiliki kebiasaan-
kebiasaan/budaya perusahaan yang berbeda. Namun, ada beberapa tips
yang dapat diingat, antara lain:

· Cari informasi terlebih dahulu tentang perusahaan dan Bapak/Ibu yang
akan mewawancarai anda. Beberapa perusahaan memiliki peraturan atau
"kebiasaan" berpakaian secara formal, tetapi ada juga yang semi formal,
atau bahkan ada yang bebas. Hal ini penting, agar anda tidak dilihat
sebagai "orang aneh', disesuaikan dengan posisi yang akan dilamar.
Bagi pelamar pria disarankan menggunakan kemeja lengan panjang dan
berdasi, tidak perlu menggunakan jas. Berpakaian rapih dan bersih,
tidak kusut. Hal ini memberi kesan bahwa anda menghargai wawancara ini.

· Berpakaian dengan warna yang tidak terlalu menyolok (mis.,mengkilap,
ngejreng).
· Bagi pelamar wanita berpakaian yang tidak terlalu ketat (rokbawah,
kancing baju atasan).
· Berpakaian dengan disain yang simple (tidak telalu banyak
pernik-pernik, toch ini bukan acara pesta).
· Tidak berlebihan dalam menggunakan wangi-wangian dan perhiasan.


Berapa gaji yang anda minta ?

Bila dalam wawancara, Anda ditanya berapa gaji yang anda inginkan,
bagaimana cara menjawab pertanyaan itu dengan baik tanpa menimbulkan
kesan bahwa Anda pencari gaji tinggi atau memberi kesan berapapun
imbalan yang diberikan Anda mau.

Pada umumnya perusahaan sudah mempunyai rentang standar gaji untuk
jabatan-jabatan yang ditawarkan. Bagi pelamar untuk posisi yang lebih
tinggi dan langka biasanya memiliki kekuatan tawar menawar yang lebih
tinggi. Jadi dalam menjawab pertanyaan tersebut anda harus memperoleh
gambaran dulu imbalan total yang akan anda terima dalam setahun.

Imbalan total adalah gaji dan tunjangan lain yang diberikan termasuk
insentif dan bonus. Selain itu perlu ditanyakan
apakah imbalan yang ditawarkan itu termasuk PPH atau netto.

Dalam menjawab pertanyaan tersebut jawablah imbalan yang anda harapkan
setahun. Berdasarkan harga pasar yang sesuai untuk jabatan tersebut
serta nilai tambah yang anda miliki. Jawablah dengan diplomatis: " Saya
berpendapat perusahaan ini pasti sudah mempunyai standar imbalan bagi
jabatan ini.

Berdasarkan pengalaman yang saya miliki dan kontribusi yang dapat saya
berikan pada perusahaan ini, saya mengharapkan imbalan yang akan
diberikan adalah minimal Rp. .../tahun ditambah fasilitas-fasilitas
lain sesuai dengan peraturan perusahaan.

Negosiasi mengenai gaji pada saat ini tidak lagi dipandang tabu oleh
sebagian besar perusahaan, namun anda diharapkan mengumpulkan informasi
dulu agar dapat bernegosiasi dengan baik.

Variasi pertanyaan dalam wawancara

Bagi pelamar terutama bagi pemula pencari kerja perlu mempersiapkan
diri dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang akan dihadapi.

Berikut ini kami berikan variasi-variasi pertanyaan yang kerap muncul
dalam wawancara:

Pertanyaan mengenai riwayat pendidikan :

· Mengapa anda memilih jurusan tersebut?
· Mata pelajaran apa yang anda paling suka, jelaskan alasannya.
· Mata pelajaran apa yang kurang anda sukai, jelaskan alasannya.
· Pada tingkat pendidikan mana anda merasa paling berprestasi, mengapa?
· Apakah hasil ujian menggambarkan potensi anda, jelaskan?
· Siapakah yang membiayai studi anda?
· Bagaimana teman-teman atau guru mengambarkan mengenai diri anda?
· Dalam lingkungan macam apakah anda merasa dapat bekerja paling baik?

Pertanyaan mengenai pengalaman kerja :

· Ceritakan mengenai pengalaman kerja anda
· Bagi yang belum pernah bekerja pada umumnya diminta untuk
menceritakan
mengenai aktivitas ekstra kurikuler selama studi.
· Pekerjaan manakah yang paling menantang bagi anda, mohon dijelaskan.
· Pekerjaan manakah yang paling menantang bagi anda dan bagaimana anda
menyelesaikan hal tersebut
· Dengan kolega macam apakah anda senang bekerja sama?
· Dengan boss macam apakah anda senang bekerja?
· Bagaimanakah anda memperlakuan anak buah anda?

Pertanyaan mengenai sasaran anda :
· Mengapa anda ingin bekerja dalam industri ini?
· Apakah yang mendorong anda melamar kepada perusahaan kami?
· Apakah yang anda inginkan dalam 5 tahun mendatang?
· Apakah yang anda inginkan dalam hidup anda?
· Apa yang anda lakukan untuk mencapai sasaran anda?

Pertanyaan mengenai organisasi yang ingin anda masuki :
· Apakah yang anda ketahui tentang organisasi yang akan anda masuki?
· Menurut anda faktor faktor sukses apa yang dibutuhkan seseorang untuk
bekerja disini?
· Apakah yang anda cari dalam bekerja?
· Bagaimana anda dapat berkontribusi dalam perusahaan ini?
· Menurut anda apa visi dan misi dari organisasi ini?

Nah, siap bersaing di dunia kerja? Yang penting, persiapkan diri anda
dengan baik dan jangan pernah meremehkan pertanyaan sekecil apapun dalam
wawancara kerja.
Selamat bersaing!